Jumat, 16 April 2010

Kantong terbuka

Suara menderu tanya ibu muda kering berdaki dan miskin alas kaki.
Di pangkunya pangeran kecil miskin pula alas kaki, oalah.. kumuh sekali.
Di sekitar kakinya yang menginjak aspal panas, berjatuhan bulir keringat yang cepat menguap, sang pangeran lemas memegangi sobekan-sobekan kulit kering yang ia kelupas sendiri dari bibirnya…

Tepat di belakang tiang-tiang menjulang tegak berkarat, tangan berkerut menadahkan hujan mata uang, hampir sedari angin berhembus di fajar menyingsing, tak satupun tangan merogoh kantongnya sekedar menyisih sepeser.
Sesekali bapak tua berjanggut penuh lumpur ketidak adilan itu menghitung berapa butir beras yang ia dapat dari karung goni yang di gembloknya.

Berlalu lalang mesin beroda yang melaju angkuh tak pernah tengok kanan-kiri, berjas berjuta-juta mereka, gaun mengkilap silaukan hati pencari suapan-suapan nasi.

Tidakkah mereka tahu punya siapa yang mereka pakai?

Wajah langit kian meninggalkan salam pada surya, halah.. begini lagi rupanya sang hari, ya tuhan, sambungkan nafasku untuk esok hari lagi,
dan lagi…

berlangkah mungil berbaju agak kebesaran dengan sebungkus gorengan ditangan,
santai ia lewati para penduduk tersisih di belakang trotoar tadi.

Tangan mungilnya mengambil tahu isi mengepul darinya kehangatan,,,
Berjongkok sedikit dihadapan, ibu muda dengan pangeran yang matanya hampir tertutup karena lapar,
Tatapan putri manis itu tertuju nanar ke tangannya, agak malu rupanya,
"ini untuk kamu!"
Sebungkus gorengan hangat sudah ditangan ibu muda, tak lupa ia berbagi dengan bapak tua yang lemas bersandar ke tiang.

Putri manis itu berjalan lenggang santai sambil mengunyah tahu isi yang mengepul darinya kehangatan,,

4 komentar:

Anonim mengatakan...

....?????
hanya bisa membaca.

winda hardyanti mengatakan...

bagus tulisannya....

Giz mengatakan...

salam kenal, tulisan yang menarik ;)

imam sonhaji mengatakan...

thanks to winda dan giz.... salam kenal yah