Rabu, 20 Februari 2008

bad or good day i dont know.....

assalamualaikum,,,,

piye kabare... hohoho,

ni hari bikin gw mumet pisan, (tanya kenapa),, i tell u what! hari ini tuh gw ngelamar cewek! hahahaha,,, kaget pasti... canda koq. sebenernya gw hari ini ngelamar pekerjaan baru, bukan berarti gw dah bosen ma nyang skarang, tp kan life must go on tuh kata orang2 pinter mah, yasud gw cari2 deh kerjaan lain yang kira2 gw mampu and ga terlalu rumit trus gajinya juga musti lebih dunk...hehehe,

4hari yang lalu gw ada mabit di skull gw, sman5, yupyup, gw nak pisman tp skarang udh alumni dweh, jd cuma dkit kontribusinya ktimbang dulu,

nah pas mabit itulah sodara2! gw di tawarin kerjaan... gw sih suenengnya bukan maen,, emank ga lg maen sih.. (lho?) singkatnya gw di tawarin kerja sebagai pengajar atawa guru di SD muslim cendikia klapa2. gw mikir lagi, kenapa harus gw yang di tawarin. walaupun semua nya udah punya kerjaan tp kok gw? ternyata eh ternyata gw di kasih job sbagai guru pembimbing anak autis, ktanya sih gw mampu memanipulasi orang sih, tp kan itu temen2 n smw nya doank, gw mana pernah gaul sama anak kecil ..and di tambah lg anak yang gw bimbing itu adalah autis atau anak dengan kecerdaan luar biasa tp dengan proses pembelajaran yg amat rumit dikarenakan pola pikir nya tidak seperti anak normal lainya, dan lgi sangat susah untuk di beri pembelajaran itu,nah beruntungnya satu guru hanya memegang satu murid autis, tp anak yang gw pegang itu superhiperaktif,,, sebut saja namanya adi(buat yang namanya adi maap yah, cuma nama samaran koq...), 12th, kelas3, tpi hebatnya dy anak paling cerdas, dan dia lebih ramah dari yg lain, tp kalau sedang tantrum (tantrum istilah untuk anak autis jika marah atau mengamuk tanpa sadar tapi dengan sebab tertentu) nya keluar, memang susah d tangani.

td gw cuma observasi doank, melihat pembelajaran, kurrikulum bgaimna, dan untungnya gw masih di temenin sama guru lamanya yang beberapa hari lagi akan menikah dan pergi ke jawa, nah gw deh yang gantiin,,, taraaaaaaa......hehehehe


hmmmm... gmana yak, gw susah nyeritainya, gne, awalnya dia baik ramah, dan klo ngomong sama dia dengan cara yg bner itu gampang, yang susah klo dia itu ga ngerespon apa2 yang kita omongan..... fyuh... masya allah.. tp alhamdulilah juga, soalnya allah masih sayang sama gw. buktinya Dia ngasih kerjaan, gaji lumayan, lingkungan terjamin, teman2nya alhamdulillah baik2.... hmmm gak tau juga deh kan baru kenal,, hehehehe... tp gw brsyukur adi anak yang cerdas , ga susah di ajarin. coba gw di kasih ujian yg lebih berat, gw dpt anak yang ga trlalu pinter, terus susah nangkep pelajaran....kan ribet!


td seperti kebanyakan, gw cuma liatin pembelajaran sang guru lama, tp dikit2 bantu juga, nyoba2.. sapa tau dia nurut sama gw, end alhamdulillah adi itu anak baik, ramah, langsng akrab ma gw,,, hehe,

SERU!
GOKIL!
PENUH TANTANGAN!
CIP!

->pelajaran hari ini:

*gak selamanya ngurus anak itu gak asik, buktinya seru and lucu bgt.

*kita harus siap menghadapi apapun yang di berikan dari allah, mau itu nikmat atau cobaan.
*seperti kata orang bijak, kita harus seperti surfer atwa peselancar, klo ada ombak yang gede dia malah senenk and dia merasa tertantang, gw mau coba jadi peselancar... padahal gw ga punya basik apa2 tapi gw harus menerima semua ombak yang dateng walau gw harus belajar dan belajar terus.
*selalu inget! pertolongan allah beserta bagi muslim yang sabar!
*selalu berdoa kepda allah supaya dikasih yang lebih dan lebih baik, and inget! klo kita yang menentukan apa yang baik untuk kita, itu sama aja kita gag percaya sama allah yang maha tahu akan apa yang terbaik untuk kita!
*cip!

wassalam

Selasa, 19 Februari 2008

Aku telah memilih

Terlihat di belakang jendela kayu yang terbuka penuh, sesosok wajah muram, dari satu orang pria yang sudah lama terpisah oleh semangat. Matanya menatap keluar, ke taman hijau yang terisi oleh ranting-ranting kosang dan di temani beringin tua lumayan lebat yang di balik daunnya terselip cahaya matahari yang mulai meninggi. Matanya terperangah melihat kebebasan. Di bangku rotan ia duduk, di dalam bilik yang terisi dua orang ia tinggal, dan di rumah rehabilitasi pecandu narkoba milik salah satu LSM ternama ia habiskan hidupnya. Jauh dari keramaian, dan bersahabat dengan kesendirian, berkawan dengan beribu harapan agar ia dapat merasakan arti kehidupan yang lama ia tinggalkan.

* * *

“Arif, Rendi, Patih!!, jangan berisik! Kerjakan tugas kalian!!”bentak bu Rara saat mengajar di kelas 3 IPA C, di SMAN78 Jakarta pusat.

“Iya Bu…..”Kata Rendi tertunduk”Yesss!” Ucap patih lirih, setelah bel terakhir berbunyi keras. Serentak seisi kelas mulai membenahi buku-bukunya ke dalam tas.

“kalian boleh pulang, dan besok tugas itu sudah ada di meja Ibu! Mengerti?!” jelas Guru Sejarah yang terkenal akan kedisiplinanya.

“Mengerti Bu….” Seisi kelas menyahut.

Rif, gue mau duluan, nanti tunggu gue di tempat biasa.” Kata Patih seraya merangkulkan tas selempangannya di pundak, dan segera pergi sesaat setelah Bu Rara keluar kelas.

“kemana sih dia?” tanya Rendi ke Arif.

“ Gak tahu…biarin aja, paling ketemu si Wulan” jawabnya

“ahh, bukanya udah putus Rif…?” tanyanya lagi

“emang gue pikirin!” jawab Arif nyeleneh.” Cepat donk! Lama amat sih…nanti tempatnya penuh!”tambahnya saat Rendi masih sibuk menata buku dan tugas yang belum juga selesai.

Setelah Rendi selesai dengan semua itu, bergegas mereka menuruni tangga kelas dan menuju gerbang yang terbuka lebar bagi para siswa. “eh lu udah baca buku Harry Porter yang terakhir belum??” tanya Arif ke Rendi yang sedang menalikan sepatunya di depan gerbang.

“belum!” jawabnya singkat.

“oh, iya di internet aja.. kita sekarang ke internet yuk!” ajak Arif saat mereka mulai berjalan.

kan kita mau ke tongkrongan, si Patih kan nunggu kita disana.”jelasnya sedikit kesal.

“oh iya.. yaudah kapan-kapan aja ke internetnya!”kata Arif.

Lama mereka berjalan yang melewati gang demi gang, menuju kafe mini di dekat rumah Patih. Berselang dua gang lagi, sebelum mereka sampai, Rendi dan Arif mempergoki Patih sedang keluar dari salah satu Rumah dan membawa bungkusan plastik hitam yang segera di masukan dalam tasnya. Nampaknya Ia tak melihat kedua temanya itu yang sedang melihat di balik pohon cemara yang tak cukup lebat.

“Itu Patih apa bukan Rif?” tanya Rendi yang memang memakai kacamata.

“Bener! Gue yakin itu bener-bener Patih” jawabnya

“tapi dia punya keperluan apa di rumah itu?” tanya rendi lagi.

“gak tahu tuh…padahal kan itu rumah kosong.” jawab Arif singkat.

“udahlah… kita kaya film india aja, umpet-umpetan di balik pohon..”balas Rendi sambil meneruskan perjalanan yang tadi sempat terputus.

Sesampainya di kafe yang diberi nama Zero itu, Rendi dan Arif mendapati Patih sudah berada di salah satu meja dan ditemani oleh segalas Es the manis di depanya.

“kok udah disini Tih? Darimana tadi?” tanya Arif sinis.

“dari awal juga gue disini.” Jawabnya sambil melengos ke arah lain.

“Tadi gue sama Rendi liat lu keluar dari rumah trus bawa bungkusan warna hitam, rumah itu kan nggak ada penghuninya!?”kata Arif mulai curiga atas tingkah laku temanya yang makin aneh saja.

“iya! Trus, apa hubunganya sama lu? Jawab Patih lumayan keras.

“gue Cuma mau tahu kok!!” kata Arif sambil mengambil sebatang rokok dari tasnya dan mulai menyalakanya.

“Terserah!” katanya singkat.

“udah lah yang penting kan kita kita sekarang disini!” potong Rendi berharap memecah ketegangan sambil duduk di salah satu kursi yang kosong.” Duduk Rif jangan berdiri terus, gak pegel?” tambahnya.

“Mas Es the manis dua yah!” Kata Patih dangan lantang memesan untuk Arif dan Rendi.

Selang babarapa tegukan dan sedikit guyonan khas remaja terlewati, Patih mengeluarkan bungkusan hitam yang tadi sempat di perdebatkan.” Eh.. lu berdua mau tahu apa isi bungkusan ini.?”ucap Patih sambil meoerlihatkan bungkusan yang tak seberapa besar ke arah mereka.

“Emangnya apa sih?” Tanya Arif Penasaran.

“ kalau mau tahu, ayo ke rumah gue!” ajaknya sambil bediri dan membayar semua minuman itu.

* * *

Rumah Patih hanya babarapa langkah dari kafe itu, setelah sampai ternyata rumah itu kosong tanpa penghuni, karna keluarga Pitih sedang pergi untuk memenuhi undangan pernikahan saudaranya. Tanpa ragu dan malu langsung saja mereka mengisi kamar yang bercat biru milik Patih, yang cukup besar untuk mereka bertiga.

“Ren! Mau minum apa?” tanya Patih yang selesai mengganti seragamnya dengan kaos oblong favoritnya.”Ren!!” bentaknya karna tak juga di gubris oleh Rendi.

“Terserah!!” jawabnya santai, karna sedang sibuk mengutak-atik komputer didepanya.

“lu Rif?”tanyanya

“sama” jawab Arif pelan karna mulai lelah dan mencoba untuk bebrbaring di kasur yang sangat empuk.

Setelah makan dan minum sekedarnya. Patih mengambil lagi bungkusan hitam itu dari dalam tas dan ditaruhnya di atas lantai, di tengah-tengah mereka. Tanpa suara, mata mereka tertuju pada benda itu.

“lu berdua mau tahu gak, kenapa gua bisa dapet ranking 1 dikelas semester kemarin?” tanya Patih membuka percakapan.

“Nggak!” jawab mereka berbarengan

“Rahasianya ada di bungkusan itu!” balasnya sambil menunjuk ke arah benda itu.

Diambil dan di bukanya oleh arif yang sedari tadi penasaran,”ini botol-botol apa? Terus ini apa?” tanyanya kebingungan dan semakin penasaran.

“itu yang orang sebut putaw atau heroin!” jawab patih singkat, tapi sontak saja kedua remaja belia itu terdiam dan Arif menaruh kembali benda haram itu dengan tangan gemetar.

“dengan ini gue punya semangat, gue lebih berani. Gue juga bisa lebih dari yang biasanya, nggak kaya dulu yang cupu dan nggak populer!!”jelasnya penuh gairah dan bangga.

“masa sih?”tanya Rendi penasaran, sedang Arif masih menatap tajam pada benda yang orang sebut sebagai barang haram itu.”kan itu bahaya, lu nggak takut ketangkep?” tambah Rendi lagi.

“lu lihat gue pernah ngeluh apa nggak? Gue masih seger buger kan?” jawabnya bangga.

“Tapi bener nggak ada efek candu?” tanya Arif yang mulai berbicara.

“ yahh… candu itu wajar, namanya juga narkoba, orang aja mati kalau nggak di kasih makan.” Balasnya lagi

“Iya juga sih..” kata Rendi pelan

“sini gue praktekin!” kata Patih sambil menata dan mepraktekan cara pemakaianya. Dengan mata menyimpan banyak tanya, Rendi dan Arif mulai timbul rasa ingin tahu bagaimana rasanya jika menggunakan benda itu. Dan tanpa ia sadari, Rendi pun mencoba bergantian dengan Patih. Tapi Arif tetap tak mau mencobanya karna ketakutan masih merajainya sedariawal.

“Rif.. coba deh, lu mau lulus ujian kan? Lu mau jadi orang yang lebih berani lagi kan?” kata Patih membujuk-bujuk agar dapat mengikutinya. Spontan saja ia mengikuti rayuan setan itu. Dan mereka tanpa sadar telah memulai awal dari kehancuran bagi mereka sendiri.

* * *

“Bhuuk…Bhuuk….Bhuuk…!!” suara pintu terdengar keras sedang tergedor dari arah WC pria di kamar paling ujung terdengar pula langkah kaki Arif yang berlari di koridor kelas menuju WC itu. Sesampainya di sana, ia mendapati, Pak Roni dan siswa-siswa lainya sudah memenuhi daerah terujung itu.

“Patih!! Cepat buka pintunya! Nanti saya skors kamu karna bolos di jam pelajaran saya!!”bentak Pak Roni, wali kelas dari 3IPA C.

“maaf Pak, dia masih gak mau keluar juga?” tanya Arif yang baru datang kepada guru yang mengajar Kimia itu.

“begitulah!” jawabnya

“Tunggu Pak! Izinkan saya bicara sama dia…” kata Arif agak memohon.

“Baik!” jawabnya lagi

“Patif.. ini gue Ari, keluar yah.. disini udah sepi kok!” katanya agak lantang saat yang lain tiba-tiba sunyi. Tapi tak ada tanggapan apapun yang terdengar dari WC yang terkunci rapat itu.

“kita dobrak!! Satu…dua..tiga..!!” Kata pak Roni sambil menhitung, dan “BRAAAK!!” keras suara pintu itu tebanting. Dan dari dalam terlihat patih sudah lemas terkapar tak bergerak dengan alat penghisap putaw di lantai dan dengan muka pucat ia terbaring disana.

“kamu angkat kakinya dan saya badanya!!” cepat respon Pak Roni mengangkat Patih yang tak begitu berat. Di bawanya ke mobil salah satu guru yang cukup luang untuk beberapa orang. Dibawalah ia ke rumah sakit yang tak begitu jauh dari sekolah itu.

Patih pun dirawat inap selama lima hari dan dalam kondisi yang masih belum juga baik, ia mendapat surat pengeluaran dari sekolahnya itu sebagai siswa. Ia pun menangis dalam keadaan masih lemah.dan mencoba untuk menerima semua buah dari perbuatanya dahulu.

* * *

Patih bangun dari kursi kayu yang mulai panas di dudukinya dari awal. Ia bejalan perahan memasuki ruang utama dan menuju tempat pembagian obat bagi para pasien rehab, diambilnya, di bawa dan di minumnya setelah duduk di bangku teras depan sambil memunim air putih yang telah di sediakan. Ia tatap lagi taman itu, kali ini lumayan dekat. Penuh rumput hijau dan dedaunan kering yang jatuh di atasnya. Ia berdialog dengan alam ditemani oleh kopi hangat di meja kirinya. Dengan wajah penuh harap, ia kembalikan ingatanya saat-saat bersama dengan kedua temanya yang belum juga ingin mengakhiri derita dari obat adictif itu. Tapi sayang mereka sudah lama tak pernah mengunjungi Patih lagi dari 4 bulan lalu.

“Patih… mau baca koran? Kok dari awal kamu diam saja..” sapa pak Marno kepala rumah Rehab sambil menaruh koran hari itu di samping kopi tadi.

“Iya pak boleh…” jawabnya sangat ramah.

“kamu jadi ikut ujian Paket C bulan depan?” tanya Pak Warno ramah.

“Insya Allah Pak.. saya akan berusaha!” jawabnya setelah mengambil koran tadi.

“Bapak seratus persen dukung kamu” balasnya.”bapak masuk dulu ya!”tambahnya lagi.

“ya.. silahkan Pak!” ucap Patih saat mulai membuka halaman depan koran itu. Di lebarkanya, di lihatnya gambar dari berita utama, yang terampang jelas telah terjadi tindak kriminal disana. Tanpa sadar air mata Patih mulai mengalir, saat mulai membaca bahwa telah tertangkap dua orang sindikat pemakai sekaligus pengedar narkoba yang semakin meresahkan masyarakat, mereka tertangkap saat berpesta narkoba di dalam hotel dan sedang dalam keadaan mabuk. Satu orang tewas di rumahsakit karna overdosis dan satu pria telah dipenjara tanpa perlawanan. Dan saat ia baca bagian akhir berita ia menangis kencang karna ke dua orang itu berinisial RD dan AR, yang tidak lain adalah Rendi dan Arif.

hilang............

tak selamanya hampa itu selalu untuk suatu masa,
nyatanya, aku di rajai kebisingan akan kesepian,
yang tak lain, suatu kehilangan,,,
yang aku harap itu persahabatan..

apa itu yang t'lah hilang....?

hasrat ku tentang dunia, sejenak hilang,
karna ku pergi, tuk masuki khayalan,

dan aku,,

hanya meminjam sekerlip, untuk ulangi, pertemanan..
hanya meminjam sekerlip, untuk ratapi, perpisahan...
hanya meminjam sekerlip, untuk temani, teman yang lama hilang,..

aku disini hanya ingin bertanya,

sudikah aku selalu meminjam, sebuah kenangan yang mungkin tak bisa ku ulang..........

Aku ingin kembali

“Aku Ingin Kembali”

Di belakang pembatas kelas, tepatnya lantai dua di depan kelas XII Ipa3, dengan melipat tanganya, Rizal melempar nanar ke lapangan sekolah yang tak begitu luas, yang saat itu terisi oleh teman-temannya yang sedang sibuk memulai pemanasan dijam olahraga. Ya…. benar, Rizal sedang izin karena sedang mengalami cidera otot, saat lomba futsal di saat classmeeting pekan lalu.

Rizal adalah siswa dengan beribu macam permasalahan, karna tak jarang ia dipanggil oleh guru BP, dengan kasus yang berbeda-beda. Bukan karena ia nakal atau bodoh, ia hanya terlalu berani. Dua hari lalu contohnya, ia dipanggil salah satu guru karena ia mengajak siswa-siswa lainya untuk memprotes masalah administrasi yang terlalu memberatkan. Bukan karena apa-apa, Rizal memang bukan anak yang mampu membayar apapun dengan uang. Ayahnya hanya pedagang perabot rumah keliling dan Ibunya telah lama pergi. Bukan malu, ia justru bangga, karna ia bisa sekolah di SMAN favorit, berteman dengan orang-orang yang selalu menyemangatinya, dan tak jarang ia memenangkan lomba futsal antar sekolah.

“Baik anak-anak..silahkan ganti baju kalian dan istirahat, jangan lupa minggu depan akan ada tes lari jarak jauh!” kata pak Toni, guru olahraga yang sedang memberikan intruksi kepada murid-murid.

“Yaaahhhhh…..”serentak anak-anak mengeluh kesal.

“Satu bulan lagi pak!, Tahun depan juga gak apa-apa….” Sahut Rio, teman Rizal yang terkenal periang dan pembuat ramai dimanapun ia berada.

“Stop,stop! Baik…nanti saya pikir-pikir lagi!”balas Guru olahraga yang cukup tinggi itu.

Setelah intruksi bubar disampaikan, mereka berhamburan kemana-mana, sebagian besar pergi ke kantin yang lumayan kosong, adapula yang ke WC. Tapi Rio,Rizki dan Wisnu kembali ke kelas XII Ipa3 untuk bertemu sahabat mereka Rizal yang sedaritadi telah jenuh dan bosan.

Setelah lama berjalan sampailah mereka didepan pintu kelas mereka yang terlihat rapuh itu.

“Zal..!?” panggil Rizki yang pertama memasuki kelas.

“Ya?”sahut Rizal.

“Hehehe… lama ya nunggunya?” balas rizki.

“Gak juga….sekalian tadi gue kerjain tugas Bu Rini.” Jelas Rizal.

“Mana,mana?? Lihat yah…..? Gue belum…”timpal Rio.

“Whuuu….” Sambar Wisnu yang sedari awal tak bicara.”Dasar males lu Ki!! Sini Zal Gue duluan yang lihat…”

“Hahahahahahaha…….”bersama-sama mereka tertawa hingga menggema di dalam kelas yang hanya mereka yang mengisi.

* * *

Rio,Rizal,Rizki dan Wisnu adalah empat dari enam tim futsal di sekolahnya. Meraka bersahabat cukup lama, hampir lima tahun sepertinya mereka mengikat tali persahabatan di antara mereka.’Kokoh’ mungkin itu istilah yang tepat untuk mereka.

Hari sabtu pukul 02:00, Rizki dan Wisnu sudah ada di kediaman Rizal yang tak jauh deri sekolahnya. Tak seperti suasana yang biasa, kini hening dan tanpa tawa tercipta disana. Pasalnya Ayah Rizal jatuh sakit, dan masih terbaring di kasur yang tak empuk lagi.

“Assalamualaikum…”salam Rio yang bergegas masuk karna kaget akan berita yang mungkin baru sampai di telinganya itu.

“Walaikumsalam…” jawab seisi rumah.

“Zal sory gue telat…gimana keadaan ayah??” Tanya Rio terengah-engah.

“Alhamdulillah baikan…tapi gue gak tahu akan kambuh lagi apa nggak..”jawab Rizal tak semangat.

“Maaf Zal, Beliau sakit apa?”Tanya Rio lagi.

“Kata Dokter kemarin apa yah…..?”jawab Rizal ragu.

“Eeeee….Liver”timpal Wisnu.

“Iya! Liver!”sambut Rizal.

“Wahhh…kok gak di rawat di rumah sakit aja? Bahaya loh…!” kata Rio.

“………………….” Suasana kembali hening.”Uang siapa Yo?”Tanya Rizal dengan nada lemas sambil menundukan kepala.

“Gue tahu kita berempat ini cuma anak orang sederhana! Tapi kan kita juga berhak bersemangat! Nggak ada istilahnya orang miskin harus selalu putus asa dan selalu sedih! Oke…sementara ayah lu baik-baik aja… tapi kalau makin parah?? Begini aja.. kita usahain supaya dapat uang darimana aja… ya,ngamen kek, gantiin ayah lu dagang juga nggak apa-apa, kalau bisa kita cari kompetisi futsal!” jelas Rio dengan harapan teman-temanya kembali bersemangat.

“Bagus tuh!! Gue mau!” sambut Rizki.

“Gue nggak tahu mau balas apa sama lu semua….” Ucap Rizal.

“Santai aja lagi Zal… lu kan sahabat kita!” balas Rizki.

* * *

Dua bulan kemudian mereka mendapati Ayah Rizal sudah sehat kembali dan beraktifitas seperti biasanya. Uang yang mereka kumpulkan dari mengamen dan ikut lomba futsal pun tak jadi terpakai dengan alasan biaya rumah sakit telah tertutupi oleh pemerintah.

Di dalam kelas Rio terkejut melihat Rizal mengeluarkan handphone dari sakunya. ”Wow.. handphone siapa Zal? Keren amat!”

“Kemarin gue baru dapet hadiah dari undian…”jawab Rizal cepat, dan langsung keluar kelas entah kemana sambil mengutak-atik handphone barunya.

Rizki yang baru datang bertanya kepada Rio.”Yo! Hp siapa tuh yang di pegang si Rizal?”

“Gak tahu tuh, katanya sih dia, baru menang undian…” jawab Rio sinis,”eh Ki! Menurut lu ada yang aneh nggak sama si Rizal belakangan ini?” tambahnya.

“Iya sih…kayaknya dia makin jauh sama kita…”ucap Rizki terpotong.

“Udahlah …mungkin tu cuma perasaan lu doang, karna dia kan lebih sering temenin ayahnya yang masih butuh perawatan.” Kata Wisnu yang memotong ucapan Rizki.

“iya juga sih…” kata Rizki.

“Tapi coba deh lu liat badannya kok tambah kurus aja yah??”Tanya Rio

“iya sih….”kata Rizki lagi

“Hmmmm…itu, kemarin-kemarin dia kena tipes…”jawab Wisnu.

“kok kita gak tahu?” Tanya Rio lagi.

“Iya…kok gak tahu?”tambah Rizki.

“yang pas liburan dua hari itu loh…mugkin dia gak mau buat kita khawatir lagi kali..” jelas Wisnu.

“Gue tetap ngerasa ada yang nggak beres nih Ki…!”kata Rio kepada Rizki sesaat setelah Wisnu keluar kelas.

“Iya juga sih…”ucap Rizki.

“Ihh..kok Cuma itu doank yang lu omongin?”bentak Rio kesal.

‘Iya juga sih…..Eh!? hehe… maaf!” kata Rizki dengan terkaget.

“Udahlah..kita ke kantin aja.. laper nih..” ajak Rio.

* * *

Usai bel panjang yang menandakan habisnya jam terakhir terdengar, seperti biasa, empat anak manusia itu selalu singgah di warung pak Warno di gang sebelah sekolahnya itu.

Panas sekali hari itu, sampai-sampai Rizki mencopot seragamnya karna kepanasan dan hanya meninggalkan kaus singlet yang lumayan bersih.”Uhh…neraka lagi mampir nih!”ujar Rizki sambil mengipas-ngipaskan buku ke dadanya.

“Eh, Gue sama Rizal mau pergi dulu ya…ada urusan sebentar sory ya duluan!” kata Wisnu yang tiba-tiba pergi seperti biasa.

“hah? Kemana?” Tanya Rio kaget yang tak di gubris sama sekali oleh mereka berdua. Dan suasana kembali hening, didalam benak Rio dan Rizki penuh dengan beribu tanda tanya yang yang haus akan penjelasan.

“Bener kata lu yo! Kayaknya memang ada sesuatu diantara mereka berdua…” kata Rizki.

“udah ah… Gue capek berprasangka buruk lagi, biarin aja lah., yang penting kita harus percaya sama sahabat kita sendiri, ya toh?” balas Rio.

“iya juga sih, tapi gue tetap ada perasaan yang menjanggal sama mereka..” kata Rizki.

“Anggap aja itu cuma perasaan lu doaing, sekalipun nanti terjadi sesuatu sama mereka, kita yang harus pertama tahu! Eh pulang yuk… laper nih!” balas Rio dengan senyuman yang menyejukan.

“Sip!”tegas Rizki, sambil mengenakan seragam tadi, yang sudah semakin kekecilan itu.

* * *

Lusanya, Rio dan Wisnu yang sudah di depan gerbang sekolah itu, terlihat sangat terburu-buru, bukan karna berita menyenangkan. Tapi kali ini Ayah Rizal harus dilarikan ke rumah sakit karna Liver yang semakin parah.

Sesampainya di kamar dimana Ayah Rizal terbaring lemas. Rio dan Wisnu hanya bisa diam dan mengelus pundak Rizal yang tak henti-hentinya menyapu air mata walau tak di iringi oleh tangisan.

“yo, Rizki mana?” Tanya Rizal, dengan harap memecah haru.

“Dia cuma titip salam dan doa semoga lekas sembuh, cuma itu katanya… dia juga bilang maaf karna dia sedang menghadiri acara keluarganya yang wajib dia ikuti!” jawab Rizki.

“oh..”kata Rizal singkat.

“Ehm.. Zal,,massalah pembayaran sudah tuntas?” Tanya Wisnu ragu.

“Alhamdulillah.. untuk sekarang dan kedepan bisa kebantu sama tabungan gue and uang kita yang dulu pernah kita kmpulin.” Jawab Rizal.”tapi..”

“ tapi apa Zal??” Tanya Rio yang kaget darimana Rizal punya tabungan yang banyak untuk melunasi biaya rumah sakit yang tak kecil itu.

“ Uang itu cuma bisa bayar tiga hari rawat inap… dan kata dokter, pasien harus di rawat minimal satu minggu..”jelasnya dengan nada lirih.

“gue akan bantu semampu dan sekuat gue!!” kata rio bersemangat. Dan di sambut oleh lainya.

* * *

Seminggu telah berlalu, empat sahabat itu semakin disibukan oleh biaya rumah sakit yang telah menunggak selama 4 hari. Ujian akhir sekolah pun tinggal 2 minggu lagi. Sangat besar cobaan yang mereka hadapi, tapi tak sedikitpun hal itu mengendurkan tali yang telah lama mereka simpulkan, yang mereka sebut dengan ‘persahabatan’.

Di hari minggu, Rio dan Rizki sedang duduk santai di warung rokok sambil menghitung uang receh yang tak seberapa banyak dari hasil mengamen hari itu.

“Dapet berapa Yo??’ tanya rizki.

“Cuma 11500 ki...” jawabnya dengan nada mengeluh.

“Gak apa-apa lagi....yang penting kan hari ini kita dapet uang. Bang! Es teh satu!” balas Rizki sambil memesan Es teh ke pedagang yang sedang asyik mengepul rokok di dalam warung itu. Sedang rio, hanya terpaku pada uang yang di hitungnya berulang-ulang kali.

Tak disangka hujan turun lumayan lebat. Spontan saja dua remaja itu berlari mencari tempat yang dapat menjadi teduhan mereka. Tak jauh dari mereka ada pos polisi tak begitu besar, tanpa pikir panjang langsung saja mereka kesana.

”permisi pak, kami numpang berteduh...”kata Rio kepada satu orang polisi yang duduk santai sambil memutar-mutar volume radionya. Sedang Rizki hanya sibuk dengan Es teh nya yang masih terisi penuh tanpa menghiraukan bajunya yang basah kuyub.

”Ohh...boleh, jangan diluar! Masuk sini, nanti kedinginan!” jawab pak polisi dengan ramah. Dan mereka berduapun masuk bergiliran lalu duduk di kursi plastik sambil mengelap badan mereka dengan saputangan milik Rio.

Hujan mulai mereda dan hanya meninggalkan jejak rintik-rintik kecil di tanah, membawa suasana kembali tenang.

”kalian dari mana dan mau kemana?” tanya pak polisi.

”kami habis mengamen pak..” jawab Rio.

”ngamen? Kalian nggak sekolah?” tanyanya lagi.

”sekolah.. tapi kami sedang butuh uang pak..” jawab Rizki kali ini mendahului.

“oohh...buat apa memangnya??” tanyanya.

Tak sempat terjawab, telepon polisi itu tiba-tiba berbunyi dan segera diangkatnya. Setelah beberapa lama berdialog, Ia datang menghampiri mereka berdua.”berusan terjadi penangkapan dan saya dipanggil kekantor, kalau ingin pulang tunggu hujan benar-benar reda yah...”katanya.

”Siap Pak!”kata Rizki semangat.”yo.. nonton yuk..!” tambahnya.

”ehh...nonton? tapi sebentar aja ya! Apa kami boleh kesana pak??” tanya Rio.

”hmmm...tapi jangan bikin ulah yah...” katanya

”siip!” kata Rizki sambil tersenyum.

Terdengar suara mobil datang dan benar saja beberapa orang diturunkan dari mobil patroli ke dalam kantor yang hanya beberapa langkah dari pos tersubeut. Mereka bertiga pun berjalan dan memasuki kamar introgasi. Tanpa berkata apa-apa Rio dan Rizki ternganga melihat siapa yang terborgol dan dodok di kursi panjang.

”Wisnu??!” kata Rio pelan seraya ragu.

”kok bisa?” ucap Rizki.

”............” wisnu hanya diam

”Wisnu????!!!!!” bentak Rio.

”Maaf Yo...” jawabnya.

”kenapa lu sampai di tangkep??” tanya Rizki.

”Gue........ udah 5 bulan ini jadi pengedar....” jawab Wahyu yang tak bisa menyembunyikan malunya.

”Pengedar?” kata rio sambil menahan nafas dan menatap tajam ke wajah wahyu.”tadi katanya lu lagi sama Rizal???” tambahnya.

”iya tadinya... dia...... ada.... di kamar sebelah....” jelas Wahyu dengan terbata-bata sambil menangis kecil. Bergegas mereka berdua berlari dan memasuki kamar yang di tunjuk. Didapatinya sesosok pria sedang terkapar dengan lubang di dadanya yang terus mengeluarkan darah segar. Didekatinya, dan di telitinya wajahnya... tak salah lagi itu Rizal, ternyata Ia tertembak oleh peluru polisi saat melarikan diri. Sontak saja airmata mereka tak terbendung. Rizki melelehkan air mata, lalu keluar sambil berlari tanpa tahu ingin kemana ia. Sedang Rio masih menangisi dan memeluk tubuh tanpa nyawa itu. Terdengar dari luar Wahyu menangis kencang.

Diteliti jasad itu oleh Rio, dan didapatinya secarik kertas yang di buat bulatan dan sudah tak jelas bentuknya sedang di genggam oleh Rizal. Diambilnya dan masukan kertas itu ke dalam saku bajunya.

Setelah keluar dari ruangan itu ia kembali kepada Wisnu dan,

”PRAKK!!” keras suara tamparan Rio kapada Wisnu.”Gue udah tau pasti ada yang lu berdua sembunyiin!! Cepet jelasin!”

”Dengan nafas tertahan-tahan karna tangis, Wisnu mulai menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi. Ternyata Wisnu mengajak Rizal untuk menjadi pengedar dan juga pemakai... hanya karna ingin mendapat uang yang mampu melunasi biaya rumah sakit ayahnya. Itu juga sebabnya kenapa ayahnya dapat sembuh tempolalu dan perihal handphone itu. Wahyu mengaku menyesal akan semua tindakan bodohnya yang sudah merenggut nyawa sahabatnya itu.

* * *

Satu pekan berselang, Rio mendengar kabar bahwa ayah Rizal telah meninggal dunia karna tak ada lagi yang merawatnya dengan alasan biaya. Rizki pun sudah tak pernah bicara dengannya. Begitulah empat sahabat ini berpisah, hanya karna narkoba.

Di warung Pak warno, Rio duduk di temani oleh air mineral di sampingnya. Dia datang membawa kertas yang dulu pernah di ambilnya dari tangan Rizal. Dirapihkanya, dibukanya, dan dibaca olehnya. Air matanya tiba-tiba mengalir, karna isi kertas itu adalah,

”RIZKI---WAHYU---RIO---RIZAL”

”SAHABAT”